SANG PEJUANG TERAKHIR PART 1
Minggu ini merupakan hari yang paling ditakutkan oleh Alex. Karena ia harus menyiapkan Tugas Akhir (TA) dalam waktu kurang dari seminggu. Alex menjadi mahasiswa terakhir angkatan 2014 yang masih tersisa. Jika tidak bisa menyelesaikan skripsi tepat waktu maka ia akan diancam drop out.
Alasan yang membuat Alex terlambat menyelesaikan TA karena ia menderita sakit selama 2 tahun. Hal ini diakibatkan oleh pola makan yang berantakan. Setiap pagi dia tidak pernah sarapan dan selalu memakan mie instan hampir setiap harinya. Di kelas Alex termasuk mahasiswa yang standar dalam artian ia tidak terlalu bodoh dan juga tidak pandai sekali. Alex pada awalnya ingin masuk jurusan S1 namun ia gagal dalam 3 tahap seleksi. Ia terpilih di pilihan terakhir yaitu sebagai d3 akuntansi. IPK Alex juga lumayan yaitu 3,4 ke atas dan memang hasil itu tidak murni dari kerja keras Alex. 5 Selama di kampus Alex tidak pernah mengikuti organisasi kampus alasan yang ia katakan saat itu karena ia malas dan capek. 5 Semester berjalan dengan mulus.
Kini Alex sudah menunggu selangkah lagi untuk menamatkan kuliah. Alex manggang di kantor percetakan disana ia terlibat dalam pengetikan resi. Segala berjalan lancar sampai ia mendapatkan dosen pembimbing yang lumayan ramah. Alex mengikuti bimbingan pertamanya dan lancar sekali. Namun masalah dimulai saat judul yang ia ajukan tidak ada datanya. Alex menjadi gusar ia juga tidak berani mengubah judulnya. Bulan demi bulan berlalu Alex juga tidak menyelesaikan TA. Hingga akhirnya ia jatuh sakit.
Saat sakit itu Alex mendapatkan suatu hal yang amat ia takutin selama hidupnya yaitu keracunan obat. Efek obat tersebut bertahan berminggu minggu hingga membuat Alex menjadi paranoid. Ia takut ketemu orang dan selalu merasa cemas. Berbagai upaya dilakukan oleh orang tua Alex untuk menyembuhkannya namun tak kunjung berhasil. Karena sudah tidak tahan lagi. Alex menolak kuliah selama 1 semester karena ia tidak sanggup lagi mengendarai kendaraan ke kampus selain itu memikirkan TA membuat kecemasan muncul. Jadilah 6 bulan Alex lalui dengan kecemasan. Alex biasanya akan dititipkan pada sanak saudara setiap paginya. Karena ia takut ditinggal sendiri. Alex menjadi agak paranoid terhadap obat anti nyeri. Ia juga sering bolak balik dirawat di rumah sakit. Pada titik itu Alex menjadi frustasi.
Suatu hari ia melihat di BBM messenger milik temannya yang baru saja siap sidang. Awalnya ia biasa saja namun malamnya perasaan bersalah itu selalu muncul hingga ia harus dibawa lagi ke UGD. Di UGD dokter mengatakan Alex tidak mengalami keluhan fisik apapun kemudian ia menyarankan orang tua Alex untuk membawanya ke psikiater. Alex tentu saja menolak hal tersebut karena ia merasa kalau hanya orang kurang waras saja yang harus ke psikiater. Namun suka atau tidak suka Alex mengikuti saran dokter tersebut.
Sesampai di tempat Psikiater Alex menumpahkan seluruh unek uneknya kemudian dokter mendengar secara seksama. Dokter memberikan Alex sebuah obat yang nampaknya seperti obat penenang. Tentu saja Alex tidak mau minum obat tersebut ia mencari artikel di internet mengenai efek sampjng obat tersebut hingga batal meminumnya. Hari hari Alex dilalui dengan bermain internet setiap harinya untuk mencegah serangan panik itu datang. Alex hampir tidak pernah makan makanan berpengawet lagi semnejak sakit itu. Ia hanya mau makan nasi dan kentang. Tubuh alex perlahan makin kurus dan namun jerawatnya memudar. ia juga sudah jarang keluar rumah.
Komentar
Posting Komentar